Minggu, 17 Maret 2013

Yang Menunggu Kemudian Tiba


Stasiun Kereta, 2009.
Pagi itu, di tempat yang penuh sesak manusia. Dengan seribu suara penuh harapan. Seru dan terburu. Dalam suasana sibuk dan seluruh manusia yang aku saksikan. Aku terduduk di antara mereka. Santai. Tapi berharap –juga. Dari deru pengeras suara yang terpasang tepat diatasku, dari situlah aku yakin dengan pasti; kamu akan datang. Bisa kubayangkan, sosok tinggi besarmu turun dari ulat besi dan menggendong ransel biru favoritmu. Ahh, itu yang setiap minggu aku nantikan. Dari Elizabeth Arden hitam di pergelangan tangan mungilku, jarumnya menunjukkan pukul 09.00. Tak lama kemudian, si ulat besi yang sudah kunantikan pun tiba. Hey! Aku masih setia menantimu. Jeritku dalam hati. Aku sangan tidak sabar. Kurapikan rambut panjangku didepan kaca toilet. Ya, sudah rapi –menurutku.
Ketika keretamu berhenti, dan aku melihatmu. Seketika kedua pipi tirusku terus berkembang. Ini buatmu, lho.
Dari seluruh manusia di tempat ini, aku beranggapan mungkin hanya aku yang sedang bahagia. Sebenarnya biasa. Tapi biarlah, aku seneng kok.
Ketahuilah, kangen ini tidak tertempuh apapun. Kecuali pertemuan kita.
Bisa dibilang, hati itu ibarat ‘stasiun kereta’ tempatmu singgah. Bahkan, hatiku bisa jadi rumah ternyaman untukmu pulang.

Senin, 04 Maret 2013

Ini Harapanku Padamu.. Yang Tertuang Sederhana

Satu siang di perempatan menuju kampusku, aku tidak sengaja melihat stiker di kendaraan orang. Tertulis sebuah kalimat yang menurutku aneh untuk dipampang jelas. "i can't live without you". Seringkali kita mendengar ini kalimat alay. Tapi ketika merenungkannya kembali, apa kamu pernah berpikir tentang ini? Inti kalimat ini ialah, seseorang ingin hidup bersama pasangan pilihannya. Disegala suasana yang mengiring mereka selalu dalam perasaan kebahagiaan. Seperti harapanku padamu, yang tertuang sederhana untuk cinta dan kasih sayang tiada terukurku padamu. My future husband, my children father's. Whoever is you.Malam ini kita masih terpisah,
mungkin malam-malam yang akan datang kamu bisa saja datang di tengah kehidupanku dan merencanakan hal-hal luar biasa? Pasti.
Aku tidak akan menanyakan sedang apa dirimu di luar sana.Aku hanya sedang melamunkan kapan waktu yang amat sangat baik itu, ketika tangan Tuhan mempertemukan kita dengan segala ridho-Nya. Ahh, semoga semanis yang aku bayangkan,ya. Apa kamu tahu apa harapanku?
Ketika aku sedang bersantai menyantap cemilanku,
 

 kamu datang mempesonaku dengan sambut santunmu :)

Dan dari saat itu, kita mulai meyakinkan perasaan bahwa inilah saatnya.


kemudian, lama-lama aku semakin yakin kamulah yang bisa membuatku menjadi wanita yang lebih baik. Dengan semua kepercayaan dan keterbukaan yang kita jalin seiring gengaman tangan yang selalu ada disaat kita saling membutuhkan.
Hei, aku suka semangatmu yang selalu bisa meluluhkan hati keluargaku. Dan meyakinkan beliau, kamu lah calon Imamku :) Aku tahu, cinta butuh perjuangan.
Untuk meraih satu harapan besar, kita benar-benar memulainya dari usaha terkecil. Aku menyayangimu tulus. Tanpa keinginan lain, selain hidup bahagia bersama (anak-anak kita!). Cinta itu tidak pandang harta, percayalah .........






Sekali lagi, aku mencintaimu!